Recovary Peradaban Jahili

on Senin, 28 Desember 2015
Puja serta puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan beribu-ribu nikmat hingga saat ini kita masih dapat merasakan sejuknya angin, nikmatnya makan, dan indahnya cinta dalam jalinan ukhuwah.

Juga tak lupa shalawat serta salam kita jungjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Atas dedikasih beliau terhadap perjuangan dakwah sampailah pada zaman yang penuh peradaban islamiah.

Semakin hari peradaban mulai berkembang. Entah berkembang dalam segi positif maupun negatif. Begitu banyak perkembangan peradaban positif yang kita rasakan saat ini karena perjuangan pendahulu kita. Mereka berkorban harta dan nyawa demi tegaknya kalimat laillaha illahallah. Pun tidak sedikit perubahan peradaban negatif terutama dalam segi hubungan sosial, nilai material lebih mendarah daging dari pada nilai moral.

Hari ini masyarakat disibukan dalam membangun peradaban yang sejatinya peradaban itu pernah dilakuakn oleh orang-orang terdahulu. Bisa dibilang recovery dari peradaban sebelumnya. Peradaban yang penuh kebiadaban. Yang sejatinya rasul pernah diturunkan untuk memberantas peradaban tersebut. Peradaban jahili yang marak masyarakat kita dapati ialah pacaran.

Fenomena pacaran ini sering sekali menjadi trending thopic bagi kalangan remaja baik remaja muslim atau non muslim, baik yang beriman atau tidak beriman. Kasus ini tidak lagi menjadi sebuah aib namun sudah menjadi suatu hal yang wajib dilakukan oleh para jombolwan dan jomblowati diseluruh dunia.

Peradaban jahili ini semakin menjadi-jadi saking mendarah dagingnya, bahkan banyak orang yang berdalih untuk penghalalan pacaran tersebut. Status single atau jomblo adalah sebuah aib hari ini, astagfirullah –semoga Allah melindungi penulis dari perbuatan zinah.

Padahal jelas sekali Allah melarang perbuatan zina walau hanya mendekati pun dilarang. Karena perbuatan zinah sangatlah berbahaya, keji, lagi buruk. Kenikmatan dapat didapatkan sesaat namun dampaknya dapat dirasakan seumur hidup. Seperti pada firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 32.

Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk

Sekarang fenomena pencabulan, free sex dan kasus lainya menjadi momok yang lumrah. Hamil diluar nikah dan pernikahan dini banyak dilihat. Inilah kenyataan pahit yang harus kita terima bahwa peradaban moral mulai rusak. Orang tidak lagi malu ketika berciuman didepan umum, bergandengan tangan sembari mengumbar kemesraan, media sosial menjadi objek pameran cinta semu.  Kini siaplah kita dalam ambang kehancuran.

Ketika tidak ada lagi peradaban yang bermoral, ketika tidak ada lagi perdaban yang beradab, perdaban islam yang rahmatan lilalaimin. Jangan kaget jika terompet malaikat izrail tetiba ditiup. Sedangkan kita ubuk membangun peradaban dinaraka.

Jalan Lurus Tak Selamanya Mulus

on Minggu, 27 Desember 2015
Alhamdulillah dimalam yang damai ini Allah masih memberikan penulis kesempatan untuk menghirup udara yang segar dan agar penulis dapat memperbaiki amalan-amalan yang telah diperbuat,

Sahabat KAPMI yang Allah rahmati. Dalam kehidupan ini selalu ada hitam maupun putih. Suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Dimana ada kebaikan pastilah ada kejahatan. Sesungguhnya kejahatan itu dampak dari ketidak hadiranya kebaikan. Dan itulah fitrah yang telah Allah tetapkan bagi hamba-hambanya.
           
Allah SWT berfirman “ Maka Dia (Allah) mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaan. Sungguh beruntung bagi orang yang menyucikanya. Dan merugi bagi orang yang mengotorinya[1]
            
Sejatinya setiap perbuatan baik tak selalu mendapatkan respon positif. Dalam perjalananya selalu saja ada aral dan rintangan yang menghadang. Layaknya Sayid Al-Qhutub yang dipenjara karena dakwahnya, layaknya Hasan Al-Banna karena gerakan Ikhwanul Musliminya, layaknya Rasulullah SAW yang selalu dihina, difitnah, dan dimaki karena mengajarkan agama yang hak kepada seluruh penduduk jahili. Memang seperti itluah fitrahnya kebenaran sedikit orang yang menggengamnya namun banyak orang yang  membencinya.
            
Sulit memang memegang prinsip kebenaran namun karena sedikit maka Allah tidak hitung-hitung untuk membalas setiap hambanya yang membela agamnya dengan syurga. Seperti para pendahulu kita mereka sedikit sekali bersenda gurau, hidupnya penuh dengan manfaat, dan waktunya digunakan untuk dakwah.
            
Sengsara memang, namun keteguhan iman dan takwa yang membuatnya ringan. Kecintaan mereka terhadap Allah mengalahkan segalanya. Walau badai menghadang, walau seribu pedang mencabik-cabik dada, walau petir menerpa tubuh yang renta. Semua itu hanyalah garam dalam sayur, pemanis dalam kue.
           
Kebaikan maupun keburukan adalah sebuah keniscayaan. Tugas kita adalah berikhtiar untuk menyebarkan kebaikan dan kebenaran. Urusan menghilangkan keburukan biarlah Allah yang mengatur karena hakikatnya hati hanya Allah yang dapat mengubahnya.



[1] QS As-Syams : 8 - 10

Ilmu Pangkal Kemuliaan


            Alhadulillah segala puja serta puja syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita beribu-ribu nimkat sehingga kita masih bisa diberikan kesempatan untuk menghirup udara segar. Pun tak lupa shalawat serat salam pada baginda besar Muhammad SAW motivator seluruh umat yang telah mengubah peradaban jahili menuju peradaban yang islami.
            
Sahabat KAPMI yang dirahmati Allah SWT. Tidak lain tidak bukan bahwa ilmu adalah pangkal dari kemuliaan. Betapa banyak orang-orang besar meraih kemuliaan karena ilmu. Kita mengenal Albert Einstain, Ishac Newton, Said Nursi, Imam Syafi’i dll, mereka adalah tokoh-tokoh ulama spektakuler, cerdas,  dan karya-karyanya tersebar diseluruh penjuru bumi.
           
Kisah-kisah mereka tercatat dalam sejarah sebagai para ulama. Ilmu-ilmu yang mereka wakfkan bermanfaat sampai detik ini. Mengutip dari sebuah hadis shahih bahwa amalan yang tidak terputus sampai akhir hayat salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat. Jika kita analogikan pahala layaknya emas betapa melimpahnya emas yang telah mereka dapat.
            
Ilmu yang membedakan antara seseorang yang jahil dan alim. Ilmu pun meningkatkan status sosial dalam masyarakat. Lebih dari itu kemuliaan dimata manusai mungkin tidak sebarapa. Yang lebih penting adalah kemuliaan dimata Allah SWT sang pencipta alam semesta. Karena hanya dengan ilmu manusia mulia dimata Allah.
            
Namun mulia dimata Allah tidak serta merta karena ilmu yang melimpah saja lebih dari itu dalam Quran pun dijelaskan bahwa “Sesungguhnya, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang bertakwa”.[1]. Kemuliaan dapat didapat dengan ilmu namun sebaik-baiknya ilmu adalah yang mengantarkan kita kepada ketakwaan pada Allah SWT.
            
Ada tiga tipe seorang ulama dalam memperoleh sebuah ilmu. Yang pertama adalah ulama yang mendapatkan ilmu lalu tidak mempengaruhi apapun pada dirinya. Kedua ulama yang mendaptkan ilmu lalu diaplikasikan pada kehidupan sehari-harinya. Ketiga ulama yang mendpatkan ilmu teraplikasikan dalam kehidupan lalu ia amalkan pula pada orang lain maka itulah sebaik-baiknya ulama.
            
Jadilah sebaik-baiknya hamba Allah, tidak hanya mulia dimataa manusia namun mulia dimataNya.


[1] Qs: Al-Hujjurat (49) : 13