Dakwah,
bagaikan permata yang cemerlang. Kelap-kelip di gelapnya malam. Bersinar
diantara bebatuan. Dakwah tak sorangpun tahan padanya kecuali mereka yang
mengharap ridhoNya. Dakwah, bagaimanapun kau layaknya bara api yang menyala
yang digenggam oleh lengan. Seperti itulah perumpamaan jalan dakwah yaitu jalan
kebenaran.
Memang
jalan kebenaran tak akan mudah untuk dilalui selalu saja ada aral yang akan
mengahadang. Baik berupa material maupun berupa hal yang abstrak. Sejatinya
manusia dikarunai hawa nafsu hal ini yang membedakan antara malaikat dan
manusia. Allah memberikan manusai hawa nafsu untuk menguji siapa yang paling
beriman di antara manusia yang lainya.
Beribadah
adalah suatu kewajiban bagi seluruh umat manusia sebagaimana firmanNya dalam
surat Al-baqarah ayat 21. Kewajiban bagi seluruh umat manusai di bumi ini baik
generasi terdahulu maupun generasai sekarang. Sejatinya ibadah tak melulu
tentang bertapa di masjid, berzakat, dan puasa. Lebih dari itu, ibadah juga
mencaku segala aktifitas baik/bermanfaat yang kita lakukan dengan niatan
lillah. Sepeti makan, minum, berolahraga, belajar,dll. Beribadah juga sarana
kita untuk berkomunikasi dengan Allah. Komunikasi adalah hal yang sangat
fundamental dalam kehidupan kita. Sarana untuk berinteraksi saling berhubungan.
Jika ketidak adaan komunikasi maka salah satu aspek kehidupan manusia akan
pincang. Maka terjadinya ketidak stabilan dalam kehidupan.
Namun
sayangnya manusia condong untuk mengikuti hawa nafsunya. Dunia lebih ia sukai
dari pada akhirat. Segala bentuk kesia-siaan, kesemuan, kemewahan selalu
mengisi relung jiwanya. Hubungan horizontal lebih ia utamakan dari pada
hubungan vertikal. Hedonisme dan konsumerisme menjadi tuhan mereka.
Ketika
kesibukan menghampirinya manusai condong lalai. Ketika kekayaan mengitarinya
manusia rentan bakhil. Ketika kecerdasan merasukinya manusia condong takabur.
Manusia lebih menyukai menggegam uang berlama-lama dari pada menggengam mushaf
Al-Quran berlama-lama. Munisa bisa bekerja seharian suntuk tanpa merasa lelah
namun beibadah sejenak saja ia engan. Manusia dapat mendengakan musik
berjam-jam namun rasanya gerah mendengar ceramah seorang ustadz. Mata kuat terpaku
pada televisi yang menyuguhkan tontonan sampah namun berat sekali untuk melihat
lembaran Al-Quran.
Inilah
kenyataanya bahwa Ibadah tak seindah permainan. Ibadah tidak lagi dipandang
sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Bahakan nampaknya hidup tanpa ibadahpun
tidak ada pengaruhnya apa-apa.
0 komentar:
Posting Komentar