Tak Seindah Permainan

on Minggu, 29 November 2015


              Dakwah, bagaikan permata yang cemerlang. Kelap-kelip di gelapnya malam. Bersinar diantara bebatuan. Dakwah tak sorangpun tahan padanya kecuali mereka yang mengharap ridhoNya. Dakwah, bagaimanapun kau layaknya bara api yang menyala yang digenggam oleh lengan. Seperti itulah perumpamaan jalan dakwah yaitu jalan kebenaran.

Memang jalan kebenaran tak akan mudah untuk dilalui selalu saja ada aral yang akan mengahadang. Baik berupa material maupun berupa hal yang abstrak. Sejatinya manusia dikarunai hawa nafsu hal ini yang membedakan antara malaikat dan manusia. Allah memberikan manusai hawa nafsu untuk menguji siapa yang paling beriman di antara manusia yang lainya.

Beribadah adalah suatu kewajiban bagi seluruh umat manusia sebagaimana firmanNya dalam surat Al-baqarah ayat 21. Kewajiban bagi seluruh umat manusai di bumi ini baik generasi terdahulu maupun generasai sekarang. Sejatinya ibadah tak melulu tentang bertapa di masjid, berzakat, dan puasa. Lebih dari itu, ibadah juga mencaku segala aktifitas baik/bermanfaat yang kita lakukan dengan niatan lillah. Sepeti makan, minum, berolahraga, belajar,dll. Beribadah juga sarana kita untuk berkomunikasi dengan Allah. Komunikasi adalah hal yang sangat fundamental dalam kehidupan kita. Sarana untuk berinteraksi saling berhubungan. Jika ketidak adaan komunikasi maka salah satu aspek kehidupan manusia akan pincang. Maka terjadinya ketidak stabilan dalam kehidupan.
            
Namun sayangnya manusia condong untuk mengikuti hawa nafsunya. Dunia lebih ia sukai dari pada akhirat. Segala bentuk kesia-siaan, kesemuan, kemewahan selalu mengisi relung jiwanya. Hubungan horizontal lebih ia utamakan dari pada hubungan vertikal. Hedonisme dan konsumerisme menjadi tuhan mereka.
            
Ketika kesibukan menghampirinya manusai condong lalai. Ketika kekayaan mengitarinya manusia rentan bakhil. Ketika kecerdasan merasukinya manusia condong takabur. Manusia lebih menyukai menggegam uang berlama-lama dari pada menggengam mushaf Al-Quran berlama-lama. Munisa bisa bekerja seharian suntuk tanpa merasa lelah namun beibadah sejenak saja ia engan. Manusia dapat mendengakan musik berjam-jam namun rasanya gerah mendengar ceramah seorang ustadz. Mata kuat terpaku pada televisi yang menyuguhkan tontonan sampah namun berat sekali untuk melihat lembaran Al-Quran.
            
Inilah kenyataanya bahwa Ibadah tak seindah permainan. Ibadah tidak lagi dipandang sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Bahakan nampaknya hidup tanpa ibadahpun tidak ada pengaruhnya apa-apa. 

0 komentar:

Posting Komentar